Sekolah Sebagai Pilar Pembinaan Cricket di Jawa Timur

INFO TERKINI

N.R. Fadhli

7/3/20253 min read

Baru selesai sejarah diciptakan, Cricket pertama kali dipertandingkan dalam event PORPROV, tepatnya PORPROV IX Jawa Timur di Malang Raya. Lapangan Amprong dan Lapangan Dodikjur menjadi saksi. Ada fakta menarik yang mungkin tertutup euforia perolehan medali dan ting-tang kekesalan para official saat atletnya tidak berani melakukan run padahal bola melaju kencang ke sisi boundary, dengan POV yang sedikit miring, ternyata hampir semua peserta cabang olahraga Cricket di PORPROV IX Jawa Timur 2025 adalah siswa sekolah. Sementara itu, mayoritas pelatih yang mendampingi mereka di lapangan adalah guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK). Fakta ini bukan kebetulan, melainkan sinyal kuat bahwa sekolah memiliki posisi strategis dalam pembinaan cricket di daerah. Jika ingin membangun masa depan Cricket Jawa Timur, maka jawabannya ada di institusi yang selama ini kita kenal sebagai ruang belajar: sekolah.

Cricket memang belum menjadi olahraga arus utama di Indonesia, namun geliat pertumbuhannya mulai terasa, termasuk di Jawa Timur. Di tengah upaya pengurus daerah dan para pelatih untuk memperluas basis pembinaan, sekolah sebetulnya memiliki peran strategis yang selama ini belum dioptimalkan. Sebagai institusi pendidikan yang memiliki calon atlet (siswa), tenaga pelatih berpendidikan (guru PJOK), serta infrastruktur dasar olahraga, sekolah dapat menjadi poros penting dalam pengembangan Cricket dari bawah.

Sekolah: Tempat Calon Atlet Berkumpul

Fakta pertama yang tak bisa diabaikan adalah bahwa siswa sekolah merupakan kelompok usia potensial dalam pencarian dan pengembangan atlet. Jika ingin menanamkan dasar-dasar keterampilan Cricket, maka pembinaan harus dimulai sejak dini, dan sekolah adalah tempat terbaik untuk itu. LTAD dalam teori paling mashur dalam pembinaan olahraga sama persis dengan fase dalam sekolah.
Mulai dari jenjang SD hingga SMA, siswa berada dalam masa perkembangan motorik dan kognitif yang sangat ideal untuk diperkenalkan pada keterampilan teknis cricket seperti melempar (bowling), memukul (batting), hingga strategi bermain tim. Pengenalan cricket sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler atau projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) (jika masih ada dikurikulum baru) juga membuka peluang besar untuk menjadikannya bagian dari kehidupan keseharian siswa.

Guru PJOK: Pelatih yang Sudah Siap

Tidak kalah penting adalah keberadaan guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) di semua sekolah. Mereka bukan hanya tenaga pendidik, tetapi juga memiliki kompetensi dasar kepelatihan, metodologi pengajaran olahraga, serta kemampuan membina karakter melalui aktivitas fisik.
Jika diberi pelatihan teknis cricket melalui pelatihan guru (in-service training), workshop, atau program sertifikasi oleh PCI Jawa Timur, maka guru PJOK akan sangat siap menjadi ujung tombak pengembangan cricket di sekolah. Peran mereka jauh lebih strategis daripada pelatih luar karena mereka hadir setiap hari, memiliki otoritas mengelola siswa, serta memahami konteks pendidikan yang lebih luas.

Sarana yang Sudah Tersedia

Kendala klasik dalam pembinaan olahraga biasanya adalah fasilitas. Namun di sekolah, hal ini relatif lebih mudah diatasi. Banyak sekolah di Jawa Timur yang sudah memiliki lapangan serbaguna, baik dalam bentuk lapangan sepak bola, basket, atau voli. Meski bukan lapangan cricket standar, fasilitas ini cukup untuk memulai latihan dasar dengan penyesuaian format.

Peralatan seperti bat dan bola plastik, bola tenis, cone, serta rompi tim dapat menjadi modal awal memulai sesi latihan cricket. Bahkan, dengan kreativitas guru dan siswa, cricket mini bisa dikembangkan menjadi model permainan yang menyenangkan dan edukatif.

PCI Jawa Timur dapat merancang modul pembinaan cricket sekolah yang menyesuaikan kondisi sarana ini, misalnya dengan mengembangkan cricket format Sixes atau T10 di lapangan sekolah.

Pembinaan Berjenjang Melalui Kompetisi Antar Sekolah

Agar pembinaan tidak stagnan, perlu ada jenjang kompetisi yang rutin dan terstruktur. Ini bisa dimulai dari kompetisi antar kelas di satu sekolah, lalu diperluas menjadi antar sekolah se-kecamatan, kabupaten/kota, hingga tingkat provinsi. Model seperti ini telah sukses diterapkan pada banyak cabang olahraga pelajar lain.
Program seperti Cricket School League” atau “Festival Cricket Pelajar bisa menjadi kalender tahunan yang ditunggu-tunggu. Tidak hanya menjadi ajang kompetitif, kegiatan semacam ini juga menjadi sarana seleksi untuk pembinaan lebih lanjut di klub, atau pemusatan latihan daerah.
Dukungan dari Dinas Pendidikan serta KONI daerah sangat dibutuhkan untuk memasukkan cricket dalam agenda resmi keolahragaan pelajar. Dengan begitu, ada kesinambungan antara pembinaan sekolah dan pembinaan prestasi.

Kolaborasi: PCI – Sekolah – Pemerintah Daerah

Agar semua potensi di atas bisa terealisasi, perlu sinergi antara tiga pihak utama: pengurus cricket (PCI), sekolah (melalui guru PJOK), dan pemerintah daerah. PCI bertugas menyediakan panduan teknis, pelatihan guru, dan peralatan awal. Sekolah menyediakan peserta didik, lapangan, dan jadwal latihan. Pemerintah daerah mendukung dengan kebijakan, anggaran, dan integrasi dalam program pembinaan olahraga daerah.
Model ini sudah terbukti berjalan dalam olahraga lain yang lebih populer seperti sepak bola, basket, voli dan pencak silat melalui POPDA, O2SN, hingga Festival Olahraga Pelajar. Cricket pun memiliki peluang yang sama besar, asalkan dijalankan dengan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan.

Penutup: Pembinaan Dimulai dari Sekolah

Sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat mencetak atlet masa depan. Dalam konteks pembinaan cricket di Jawa Timur, sekolah adalah titik awal yang paling logis, paling murah, dan paling berkelanjutan.
Daripada menunggu anak-anak datang ke klub, mengapa tidak kita bawa cricket ke sekolah mereka? Dengan guru PJOK sebagai pelatih, halaman sekolah sebagai lapangan, dan siswa sebagai atlet masa depan, cricket bisa menjadi olahraga yang tak lagi asing, tapi justru tumbuh dari ruang-ruang belajar itu sendiri.
Inilah saatnya menjadikan sekolah sebagai pusat pengembangan cricket. Karena setiap atlet hebat, sesungguhnya, pernah menjadi siswa yang diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru.

Salam Olahraga..!!

Cricket Jatim untuk Indonesia, Cricket Indonesia menembus dunia.

Penulis: N.R. Fadhli

Editor: G.P. Aji

Sumber: Dokumentasi PORPROV IX Cricket Jatim 2025