Cobaan Tanpa Batas Fans MU: Musim Baru dan Drama Lama

N.R. Fadhli

8/18/2025

Premier League baru saja bergulir, tapi para pendukung Manchester United sudah disuguhi menu utama: penderitaan. Pekan pertama, main di Old Trafford, melawan Arsenal, dan tentu saja...........KALAH. Rasanya seperti nonton drama china di Facebook dengan ending yang sudah bisa ditebak, hanya aktornya saja yang berganti.

Rúben Amorim, pelatih brewok bertato yang digadang-gadang membawa revolusi, lebih mirip motivator ketimbang manajer. Bicara soal pressing dan intensitas memang terdengar keren di konferensi pers, tapi di lapangan, pemain justru tampak linglung, antara menutup ruang lawan atau menutup akun Instagram masing-masing.

Kisah di bawah mistar gawang juga tak kalah bikin perut mules. Onana sudah lama dicadangkan, entah karena performa atau karena trauma meme internet, sehingga tanggung jawab jatuh pada Altay Bayindir. Sayangnya, tanggung jawab itu malah berubah jadi tontonan komedi. Blunder. Bagi lawan, gawang MU adalah pintu tol bebas hambatan, sementara bagi fans, itu gerbang menuju serangan jantung dini.

Media sosial pun bergemuruh. Meme Bayindir beredar lebih cepat dari highlight resmi: dari editan ia menggendong bayi alih-alih bola, sampai Old Trafford dijuluki “rumah singgah striker tamu”. Ironisnya, fans MU ikut tertawa, meski sambil menahan rasa sakit di hati.

Musim baru seharusnya identik dengan optimisme. Tapi bagi fans MU, optimismenya selalu penuh hitung-hitungan ajaib: “Asal City kalah sepuluh kali, Arsenal sibuk bikin konten YouTube promosi kaos, dan Liverpool berubah jadi petanque, mungkin kita masih bisa juara.”

Dan seperti biasa, nostalgia jadi pelarian favorit. Nama Sir Alex dipanggil terus seperti mantra penyelamat, seolah cukup menyebut tiga kali namanya di depan cermin untuk memanggil kembali era kejayaan. Padahal kenyataannya, MU kini lebih sibuk berebut zona aman dari degradasi ketimbang trofi Premier League.

Namun, di tengah semua drama itu, ada satu hal yang tak pernah goyah: kesetiaan suporter. Mereka boleh mencaci, boleh putus asa, boleh pura-pura cuek, tapi pada akhirnya tetap menyalakan televisi, tetap memakai jersey, dan tetap berteriak “Glory Glory Man United!” meski sudah tahu kemungkinan besar besok Bayindir akan menepis bola ke gawang sendiri lagi.

Musim baru, kisah lama. Pahit, lucu, menyebalkan, tapi entah bagaimana selalu bikin fans MU kembali untuk babak berikutnya. Tetap kemaki di hadapan fans klub rival.