
Satu Gol, Seribu Jurnal, dan Segelas Harapan: Saat Indonesia U-17 Menang (dan Akademisi Ikut Merayakannya di Scopus)
ESAI NARATIF
N.R. Fadhli
11/14/20253 min read


Ilustrasi: Active Movement Indonesia
Mari kita mulai dari sebuah peristiwa bersejarah yang bikin dada bangsa membusung, walau cuma sebentar. Indonesia menang satu kali di Piala Dunia U-17! Ya, satu kemenangan yang dirayakan seperti juara dunia versi imajinasi nasional. Stadion bergetar, timeline media sosial meledak, dan untuk sesaat, kita lupa bahwa setelah itu… ya, kita tidak lolos fase grup. Tapi tidak apa-apa, karena di negeri ini, yang penting semangat, bukan hasil.
Namun yang lebih menarik bukanlah gol di lapangan, melainkan “gol” di dunia akademik. Tahukah Anda, ketika Garuda Muda sedang menendang bola, para dosen di kampus sibuk menendang submit di portal jurnal? Berdasarkan penelusuran Google Scholar (2025), ada lebih dari 31.000 publikasi ilmiah dengan kata kunci “sepak bola usia 17 tahun.” Kalau tidak percaya silahkan di cek sendiri. Dunia akademik ternyata juga sangat rajin membahas topik ini, meski tidak semua pernah mencium bau rumput lapangan.
Ironinya, di tengah ribuan penelitian itu, prestasi kita di Piala Dunia U-17 masih bisa dihitung dengan jari, bahkan dengan satu jari: satu kemenangan. Tapi jangan salah, satu kemenangan itu punya makna besar. Ia seperti menegaskan bahwa teori kadang bisa kalah dari tekad. Bahwa meski belum punya sistem pembinaan semapan Eropa, kita tetap bisa menang satu kali dengan keberanian, doa, dan mungkin sedikit keberuntungan cuaca.
Sekarang, mari kita bicara soal universitas. Pemerintah sedang gencar mendorong kampus-kampus naik kelas dunia. Presiden Prabowo bahkan menargetkan Universitas Indonesia masuk 100 besar dunia. Keren? Sangat. Tapi kalau indikatornya hanya dari jumlah publikasi, jangan heran kalau nanti dosen olahraga lebih sibuk menulis “Analisis Semiotika Tendangan Penalti” daripada melatih anak-anak U-17 menendang dengan benar.
Di dunia akademik, ranking kampus adalah liga paling bergengsi. Ada QS, ada Scopus, ada Sinta. Dan layaknya liga Eropa, semakin tinggi peringkatnya, semakin banyak tepuk tangan. Tapi apakah publikasi yang menumpuk itu ikut menambah gol di papan skor tim nasional? Sepertinya belum. Kita baru juara dalam urusan menulis, belum dalam urusan menang.
Bayangkan: Indonesia punya ratusan sarjana kepelatihan olahraga dan ilmu keolahragaan, puluhan profesor sport science, ribuan dosen yang tiap tahun meneliti performa atlet muda. Tapi hasil akhirnya? Data ada, jurnal banyak, seminar ramai, tapi di lapangan, skor masih 1-0. Seolah-olah bangsa ini hebat dalam teori menyerang, tapi selalu lupa cara bertahan dari realitas.
Namun ada kabar baik. PSSI kini mulai menggandeng universitas dalam proses pembinaan. Mungkin akhirnya mereka sadar: selama ini, bola dan buku seharusnya tidak saling bersaing, tapi saling berumpan. Kampus punya data, PSSI punya lapangan, kalau bisa main bareng, siapa tahu hasilnya bukan cuma publikasi, tapi juga prestasi. Bayangkan sebuah riset “berbasis gol”: setiap artikel harus diakhiri dengan skor pertandingan, bukan kesimpulan normatif.
Sebenarnya, kalau mau jujur, kita bangsa yang sangat konseptual. Kita bisa punya ribuan penelitian tentang “faktor psikologis dalam sepak bola remaja” padahal pemain remajanya masih latihan di lapangan tanah. Kita membahas biomekanika sprint pemain muda, tapi alat tesnya masih pinjam punya jurusan kesehatan. Kita menulis tentang nutrisi atlet, tapi kantin akademi masih jual gorengan tiga biji seribu.
Dan di tengah semua itu, muncul satu kemenangan di Piala Dunia U-17. Satu! Betapa luar biasanya. Ia seperti penulis jurnal yang akhirnya accepted setelah sepuluh kali revisi. Sebuah kemenangan kecil yang pantas dirayakan, karena di negeri yang terbiasa dengan “proses panjang”, hasil seperti itu sudah terasa seperti mukjizat.
Tapi semoga ke depan, kita tidak berhenti di mukjizat. Karena bangsa besar bukan hanya yang bisa menulis tentang sepak bola, tapi yang bisa menulis sejarahnya sendiri di lapangan. Mungkin nanti, ketika publikasi ilmiah tentang sepak bola di Indonesia bertambah menjadi 50.000, dan setiap riset benar-benar dipakai dalam pembinaan, kita tidak hanya punya satu kemenangan, tapi satu sistem yang menang terus.
Sampai saat itu tiba, mari kita nikmati momen ini: satu kemenangan dari Garuda Muda, ribuan jurnal dari dosen-dosen hebat, dan segelas kopi untuk kita yang percaya bahwa antara ilmu dan bola, seharusnya tidak ada yang cuma jadi penonton dan maido.
OUR ADDRESS
Perum Pondok Bestari Indah, Blk. B1 No.49B, Dusun Klandungan, Landungsari, Kec. Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur 65151
CONTACT US
WORKING HOURS
Monday - Friday
9:00 - 18:00
